Senin, 01 Juni 2009

Sri Sultan Hamengku Buwono VI






















.
bliau lahir tahun 1821 dan wafat 1877 adalah raja kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1855 sampai 1877.

nama aslinya adalah Gusti Raden Mas Mustojo, putra Sri Sultan Hamengku Buwono IV yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1821 di Yogyakarta. Sewaktu dewasa bliau bergelar Pangeran Mangkubumi. bliau juga pernah mendapat pangkat letnan kolonel ditahun 1839 dan pangkat kolonel ditahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda.

GRM Mustojo (Pangeran Mangkubumi) naik tahta menggantikan kakaknya, yaitu Sri Sultan HB V sejak tahun 1855 (dinobatkan menjadi raja 5 Juli 1855) dan menjadi raja Yogyakarta berikutnya  bergelar Sri Sultan HB VI. pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi besar yang meruntuhkan sebagian besar keraton Yogyakarta dan istana Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gede (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya.

pemerintahan Hamengku Buwono VI berakhir ketika bliau meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877 (usia 56) di makamkan dipasareyan Pajimatan Imogiri. bliau digantikan putranya GRM Murtejo yang selanjutnya bergelar Sri Sultan HB VII.

Selasa, 17 Maret 2009

Puger








































GPH Puger

merujuk pada beberapa referensi diantaranya dari wikipedia, nama Puger berasal dari tahun 1600 dan 1700. dahulu kala dalam sejarah Kasultanan Mataram, ada dua orang tokoh terkenal yang sama-sama bernama Pengeran Puger.

Pengeran Puger yang pertama adalah putra Panembahan Senopati yang memerintah kerajaan sekitar tahun 1600 meliputi daerah Demak, Kudus, Pati.
Pangeran Puger yang kedua adalah putra Amangkurat I. Pangeran Puger yang inilah kelak menjadi raja ketiga Kasunanan Kartasura yang kemudian bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I dan memerintah kerajaan pada tahun 1704 - 1719. pada masanya Pangeran Puger amat dikenal diseluruh tanah jawi, dari Batavia, Semarang, Kartasura, Jawa Timur hingga Madura.

sedangkan Gusti Pangeran Haryo Puger (ejaan lama GPH Poeger) yang lahir tahun 1858 adalah putra dari Sri Sultan HB VI Yogyakarta. sebagai pangeran putra Sultan, GPH Puger dibangunkan ndalem (ndalem Pugeran) yang sekarang berada disekitar Jokteng Kulon Jogja dan dikenal sebagai Kampung Pugeran. dari sinilah Trah Pugeran kita berasal.

Selasa, 02 Desember 2008

roromunting



pada masa pemerintahan PB VII (1830-1861) tersebutlah seorang pandai emas kraton Surakarta yang bernama Mas Ngabehi Prawirorejoso. bersama keluarganya mereka hijrah ke Yogyakarta. disana ia mencari kerja yang akhirnya diterima bekerja sebagai abdi dalem pandai emas kraton Yogyakarta (pada masa pemerintahan HB V).

ditempat yang baru ini ia mulai menjalani hidup baru (tempat tinggalnya sekarang bernama Ngadisuryan) dan bertirakat (bertapa) di bukit Pengklik, Payak, Madurejo - Prambanan. ia mempunyai tujuh orang anak, yaitu 1.R.Ng.Ronoprawiro, 2.R.Widaningsih, 3.R.Ng.Cokrodirono, 4.R.Tg.Suronegoro, 5.Roromunting (BRA Purnomoresmi - Gusti Kanjeng Ratu Ageng), 6.R.Ng.Condrorejoso dan 7.BRA.Pujokusumo.

Roromunting (anak no.5) diangkat sebagai klangenan HB V dengan gelar BRA.Purnomoresmi, kemudian ia diserahkan ke KGP.Mangkubumi (adik HB V). KGP.Mangkubumi naik tahta menjadi HB VI dengan permaisuri GKR.Kencono (anak dari PB VIII). karena permaisuri I ini tidak mempunyai anak laki-laki sebagai penerus tahta, maka BRA.Purnomoresmi (Roromunting) naik tingkat menjadi permaisuri II bergelar GKR.Sultan (Gusti Kanjeng Ratu Ageng).

Sri Sultan HB VI dengan permaisuri GKR.Ageng mempunyai 12 orang anak dan kelak putra I (putra mahkota) akan menjadi Sultan HB VII. putra no.10 bernama GPH.Poeger. dari sinilah diturunkannya keluarga paguyuban TRAH PUGERAN.

Kamis, 13 November 2008

de witt paal















Tugu Jogja 1756

dibangun setahun setelah keraton berdiri. awalnya tugu berbentuk bulat dengan tinggi 25 meter (tugu golong gilig). ketika gempa mengguncang Jogja pada tanggal 10 Juni 1867 bangunan Tugu runtuh. kemudian pada tahun 1889 direnovasi namun tingginya berkurang menjadi 15 meter yang kemudian disebut juga de witt paal atau tugu putih yang ada sekarang ini.

pandanglah Tugu dipagi hari menjelang terbit matahari sambil duduk dibangku yang tersedia menghadap Tugu sambil sarapan gudeg jogja serta baca koran pagi yang ditawarkan loper. sore hari menjelang matahari terbenam juga asyik memandangi Tugu sambil makan sate ayam yang lewat. untuk mengungkapkan rasa cinta maka sentuhlah Tugu, peluk dan ciumlah, itu ungkapan bahagia kebanyakan mahasiswa yang lulus kuliah di Jogja. suatu saat nanti aku akan kembali.














Tugu Jogja 1928

Senin, 27 Oktober 2008

mangkubumen













Dalem Mangkubumen

Dalem Mangkubumen (baca; ndalem mangkubumen) terletak dikawasan Ngasem (dekat pasar Ngasem) dan berada didalam lingkungan beteng (benteng) Jogja. Seperti dalem-dalem lainnya yang banyak tersebar dikawasan nJeron Beteng. Dalem Mangkubumen merupakan rumah yang diperuntukkan tempat tinggal Pangeran (anak raja). Dalem Mangkubumen ini dibangun sekitar tahun 1865 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI digunakan untuk kediaman putra mahkotanya yaitu Pangeran Adipati Anom.

Awalnya rumah ini disebut Dalem Pangeran Kadipaten. Dan ketika Adipati Anom menjadi raja, rumah ini digunakan sebagai kediaman adiknya yaitu Pangeran Mangkubumi dan akhirnya berubah nama menjadi nDalem Pangeran Mangkubumen.

Setelah Pangeran Mangkubumi meninggal dunia pada tahun 1918, rumah ini menjadi kediaman GPH Buminoto hingga 1928. Selanjutnya rumah ini digunakan sebagai kediaman keluarga Sultan Hamengku Buwono VII dan Hamengku Buwono VIII. Atas ijin dari Hamengku Buwono IX, rumah ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal sementara Jendral Sudirman ketika Agresi Belanda II tahun 1948.

Selain untuk rumah tinggal, rumah ini sejak awal dijadikan tempat untuk mendidik calon pengeran. Fungsi ini terus berkembang ketika pada tahun 1949 Dalem Magkubumen digunakan sebagai kampus mahasiswa UGM. Beberapa fakultas yang pernah menggunakan tempat ini adalah Perguruan Tinggi Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi, Sekolah Tinggi Pertanian dan sekolah Tinggi Kedokteran Hewan.







Saat ini Dalem Mangkubumen difungsikan sebagai SMA Mataram dan Kampus Universitas Widya Mataram Jogja. Kampus ini didirikan oleh Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang pada saat itu masih Pangeran. Kampus ini didirikan untuk orang-orang yang golongan ekonomi lemah agar sama-sama dapat merasakan dunia pendidikan tinggi. Pada kenyataannya mulai dari menengah bawah sampai menengah atas bisa menikmati pendidikan disini.

Rumah ini terdiri dari bangunan utama seperti istana (saat ini sebagai ruang rektorat dan ruang kelas) yang didepannya berdiri pendopo dengan halaman yang luas ditanami pohon sawo. Di kiri-kanannya ada beberapa bangunan rumah tinggal yang diantaranya ditempati kerabat keraton. Dalem ini dikelilingi oleh tembok benteng, selain bangunan utama ada juga bangunan masjid, pintu gerbang dan beberapa bangunan yang digunakan untuk ruang kelas, senat dan kantor Universitas.